Posted by DKT Tokoh & Sejarah on Sunday, July 5, 2015
Andy Flores Noya lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 November 1960,
Andy sebenarnya lulusan sekolah teknik. Begitu lulus SD sang timur Di
Malang, Jawa Timur, pria kelahiran Surabaya ini melanjutkan sekolah di
Sekolah Teknik lalu ke STM Jayapura. Tidak sampai tamat, ia pindah ke
Jakarta dan melanjutkan ke STM 6 Jakarta. Meski demikian, sejak kecil
dia sangat jatuh cinta pada dunia tulis-menulis. Kemampuannya menggambar
kartun dan karikatur semakin membuatnya memilih dunia tulis menulis
sebagai jalan hidupnya. Oleh sebab itu begitu lulus STM, walau mendapat
beasiswa untuk melanjutkan ke IKIP Padang, Andy memilih mendaftar ke
Sekolah Tinggi Publisistik (sekarang Institut Ilmu Sosial dan Politik
Jakarta).
Sebenarnya Andy tidak diterima kuliah di perguruan tinggi tersebut sebab
kampus tidak menerima lulusan STM. Namun karena tekadnya menjadi
wartawan sudah sedemikian membara, akhirnya Andy "Naik banding" dan
menemui Rektor Sekolah Tinggi Publisistik Ali Mochtar Hoeta Soehoet.
Kepada sang rektor Andy Noya mengungkapkan suara hatinya. Akhirnya sang
rektor menyerah dan memberikan kesempatan kepada Andy untuk ikut tes
masuk, dengan catatan (syarat) dia harus meminta surat rekomendasi dari
Dirjen Pendidikan Tinggi. Selain itu, apabila di kemudian hari nilai
mata kuliah Andy jelek, dia harus keluar. Ternyata prestasi Andy bagus
dan kuliahnya pun berlanjut.
Pada saat harian ekonomi Bisnis Indonesia hendak terbit (1985), Andy
diajak bergabung oleh Lukman Setiawan, pimpinan di Grafitipers, salah
satu anak usaha Tempo. Maka Andy tercatat sebagai 19 reporter pertama di
harian itu.
Baru dua tahun di Bisnis Indonesia, Andy diajak oleh Fikri Jufri
wartawan senior Tempo untuk memperkuat majalah Matra yang baru
diterbitkan oleh Tempo. Andy tertarik lalu bergabung. Matra agaknya
bukan pelabuhan terakhirnya. Pada 1992 datang tawaran dari Surya Paloh,
pemilik surat kabar Prioritas yang waktu itu dibreidel, untuk bergabung
dengan koran Media Indonesia yang mereka kelola. Maka sejak itulah Andy
kembali ke surat kabar.
Pada 1999, RCTI menghadapi masalah. Terjadi gejolak dikalangan wartawan
program berita Seputar Indonesia berkaitan dengan adanya ketentuan yang
mengharuskan PT Sindo, anak usaha RCTI yang menaungi Seputar Indonesia,
untuk bergabung dengan RCTI sebagai induk. Bersama wartawan senior
Djafar Assegaff, Andy diutus untuk membantu. Tugas utama adalah memimpin
Seputar Indonesia sekaligus memuluskan proses transisi ke RCTI.
Pada tahun 2000, Metro TV mendapat izin siaran. Surya Paloh memanggil
Andy kembali untuk memimpin Metro TV sebagai pemimpin redaksi. Tiga
tahun kemudian (2003) Andy ditarik kembali ke Media Indonesia dan
menjadi pemimpin redaksi di surat kabar umum terbesar kedua itu.
Memasuki tahun 2006, saat pemimpin redaksi Metro TV Don Bosco
mengundurkan diri, Andy Noya, yang kini menjadi wakil pemimpin umum di
Media Indonesia, diminta merangkap menjadi pemimpin redaksi Metro TV
menggantikan Don Bosco.
Di saat itulah andy kemudian mulai belajar jurnalistik televsisi secara
menyeluruh. Ia pun dipercaya menjadi Host salah satu acara yang judulnya
diambil sendiri dari namanya, yaitu
Kick Andy,
sebuah acara talk show yang disiarkan oleh Metro TV dan tayang setiap
Jum'at malam. Dalam perjalanan kariernya Andy pernah menjadi host
program Jakarta Round Up kemudian Jakarta First Channel di Radio Trijaya
selama lima tahun (1994 sampai dengan 1999).