Posted by DKT Tokoh & Sejarah on Sunday, July 5, 2015
Alexander Agung dalam bahasa inggris dikenal sebagai Alexander the Great adalah
seorang penakluk atau pemimpin terbesar yang pernah ada asal Makedonia.
Ia diakui sebagai salah seorang pemimpin militer paling jenius
sepanjang zaman. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir separuh dunia. Ia
juga menjadi inspirasi bagi penakluk-penakluk seperti Hannibal, Pompey
dan Caesar dari Romawi, dan Napoleon. Dalam masa pemerintahannya yang
singkat, Alexander mampu menjadikan Makedonia sebagai salah satu
kekaisaran terbesar di dunia.
Profil dan Biografi Alexander Agung
Alexander dilahirkan pada tanggal 20 Juni 356 SM di Pella, ibu kota
Makedonia, sebagai anak dari Raja Makedonia, Fillipus II, dan istrinya
Olympias, seorang Putri dari Epirus. Ketika kecil, ia menyaksikan
bagaimana ayahnya memperkuat pasukan Makedonia dan memenangkan berbagai
pertempuran di wilayah Balkan. Ketika berumur 13 tahun, Raja Filipus
mempekerjakan filsuf Yunani terkenal, Aristoteles, untuk menjadi guru
pribadi bagi Alexander. Dalam tiga tahun, Aristoteles mengajarkan
berbagai hal serta mendorong Alexander untuk mencintai ilmu pengetahuan,
kedokteran, dan filosofi. Pada tahun 340 SM, Filipus mengumpulkan
sepasukan besar tentara Makedonia dan menyerang Byzantium. Selama penyerangan itu, ia memberikan kekuasaan sementara kepada Alexander yang ketika itu berumur 16 tahun, untuk memimpin Macedonia.
Raja Phillip II meninggal tahun 336 SM oleh pembunuh gelap pada saat
pernikahan putrinya. Alexander pun naik tahta menggantikan ayahnya pada
usia 20 tahun. Sesaat setelah kematian Phillip, kota-kota di Yunani yang
sebelumnya telah tunduk pada Makedonia seperti Athena dan Thebes
memberontak. Alexander segera bertindak dan berhasil menggagalkan
pemberontakan tersebut. Namun, tahun beikutnya terjadi pemberontakan
kembali, dia memutuskan untuk bertindak tegas dengan mengahancurkan Thebes dan menjual seluruh penduduknya sebagai budak. Kejadian ini berhasil memadamkan keinginan kota-kota lain untuk memberontak.
Tahun 335 SM, Alexander menyerang Persia dengan membawa sekitar 42.000
pasukan. Selama dua tahun berikutnya Alexander memenangkan berbagai
pertempuran melawan pasukan Persia hingga akhirnya dia berhasil
mengalahkan pasukan yang dipimpin oleh Raja Persia Darius III pada 333
SM. Darius yang kabur berusaha untuk damai dengan menawarkan Alexander
wilayah dan harta namun ditolak. Alexander mengatakan bahwa dia sekarang
adalah Raja Asia dan hanya dia yang berhak menentukan pembagian
wilayah. Alexander kemudian meneruskan ekspansi militernya hingga
berhasil menaklukkan wilayah Mesir hingga ke perbatasan India sebelum
terpaksa berhenti karena prajuritnya yang kelelahan karena pertempuran
terus-menerus selama sepuluh tahun.
Alexander kemudian kembali ke kerajaanya untuk merencanakan ekspansi
baru. Selama perjalanan ia mengeksekusi banyak satrap (semacam gubernur)
dan pejabat yang bertindak melenceng sebagai contoh. Kemudian sebagai
wujud terima kasih pada para prajuritnya, Alexander memberi sejumlah
uang pada mereka dan menyatakan bahwa ia akan mengirim para veteran dan
cacat kembali ke Makedonia. Namun tindakan ini justru diartikan
sebaliknya oleh prajurit Alexander. Selain itu, mereka juga menentang
sejumlah keputusan Alexander, seperti mengadopsi budaya Persia dan dimasukkanya pasukan dari Persia ke dalam barisan prajurit dari Makedonia. Sejumlah Prajurit kemudian memberontak di kota
Opis. Alexander mengeksekusi para pemimpin pemberontakan tersebut,
namun mengampuni para prajuritnya. Dalam upaya menciptakan perdamaian
yang bertahan antara orang-orang Makedonia dan rakyat Persia, Alexander mengadakan pernikahan massal antara para perwiranya dengan wanita bangsawan dari Persia. Akan tetapi, hanya sedikit pernikahan yang bertahan lebih dari setahun.
Sewaktu di Babilonia, Alexander tiba-tiba terkena sakit parah dan
mengalami demam selama 11 hari sebelumnya akhirnya meninggal pada
tanggal 10 Juni 323 SM, dalam usia sekitar 33 tahun. Penyebab kematian
yang sesungguhnya tidak jelas. Setelah kematian Alexander, tidak adanya
ahli waris menyebabkan terjadi perpecahan dan pertempuran antara para
bawahannya. Akhirnya, setelah perselisihan bertahun-bertahun, sekitar
tahun 300 SM, kekuasaan atas bekas kerajaan Alexander terbagi menjadi 4
wilayah yang masing dikuasai salah satu jendral Alexander.
Dunia pada saat kematian Alexander, menunjukkan kemaharajaannya dalam
konteks geopolitik yang lebih besarWalaupun hanya memerintah selama 13
tahun, semasa kepemimpinannya ia mampu membangun sebuah imperium yang
lebih besar dari setiap imperium yang pernah ada sebelumnya. Pada saat
ia meninggal, luas wilayah yang diperintah Alexander berukuran 50 kali
lebih besar daripada yang diwariskan kepadanya serta mencakup tiga benua
(Eropa, Afrika, dan Asia).
Penyatuan wilayah dari makedonia hingga persia oleh Alexander Agung menyebabkan terbetuknya perpaduaan kebudayaan Yunani, Mediterrrania, Mesir, dan Persia yang disebut dengan kebudayaan Hellenisme. Pengaruh Hellenisme ini bahkan sampai ke India dan Cina. Khusus di Cina, pengaruh kebudayaan ini dapat ditelusuri di antaranya dengan artefak yang ditemukan di Tunhuang.
Alexander selama ekspansinya juga mendirikan beberapa kota yang semuanya dinamai berdasakan namanya, seperti Alexandria atau Alexandropolis. Salah satu dari kota
bernama Alexandria yang berada di Mesir, kelak menjadi terkenal karena
perpustakaannya yang lengkap dan bertahan hingga seribu tahun lamanya
serta berkembang menjadi pusat pembelajaran terhebat di dunia pada masa
itu.
Gelar The Great atau Agung di belakang namanya diberikan karena
kehebatannya sebagai seorang raja dan pemimpin perang lain serta
keberhasilanya menaklukkan wilayah yang sangat luas hanya dalam waktu 10
tahun.
Apakah Alexander Agung dan Iskandar Dzulkarnain Sama?
Alexander Agung adalah salah satu tokoh yang dianggap sebagai Dzul
Qarnain (Iskandar Zulkarnain) yang dapat ditemukan pula pada kitab suci
Al Qur'an, Surah Al Kahfi 83-101. Dikisahkan ialah yang mengurung
bangsa Ya'juj (Gog) dan Ma'juj (Magog) - yang menurut hadist shahih,
bangsa tersebut akan keluar di akhir zaman. Riwayat ini bemula dari saat
ia akan menaklukkan suatu daerah, penduduk tersebut tanpa disangka
bersedia mengikutinya. Asal bangsa Yajuj dan Majuj dikurungnya. Maka
Iskandar Dzulqarnain mengurung kedua bangsa tersebut. Dan para penduduk
pun bersedia ditaklukkan dengan suka cita.
Anggapan tersebut datang dari kisah Alexander Romance yang sudah ada
sebelum Islam. Beberapa allamah Muslim menolak anggapan Alexander Agung
adalah Dzul Qarnain, sebab Alexander Agung bukanlah monoteis, sedangkan
Dzul-Qarnain adalah penyembah Allah dan hanya seorang penguasa.
Setelah Iskandar Zulkarnain dapat menaklukkan negeri-negeri lainnya ditimur, barat, diutara dan diselatan, maka kerajaannya kini
meliputi: Moroko, Rom, Yunani, Mesir,
Persia dan India, sehingga merupakan sebuah kerajaan yang amat luas,
yang belum pernah terjadi sebelumnya, dimana penduduknya kini hidup
dengan aman, tenteram dan makmur. Cita-cita
Iskandar Zulkarnain telah dapat dicapainya, berkat pertolongan Allah,
kerana dia selalu berlindung diri kepadaNya. Tetapi sayang setelah
Iskandar Zulkarnain meninggal dunia, kerajaan yang besar dan bahagia itu menjadi berpecah-belah, kerana perebutan kekuasaan para pengikutnya yang ditinggalkannya.
Iskandar Zulkarnain yang bererti raja Timur dan Barat, telah dapat
mempersatukan kerajaan Timur dengan kerajaan Barat, menjadi suatu
kerajaan yang adil dan makmur, berkat ilmu dan pengetahuannya, serta
berkat dasar ketuhanan yang selalu dipegangnya teguh dalam mendirikan
kerajaan besar itu.
Cita-cita Iskandar Zulkarnain yang suci
murni dan maha besar itu, untuk sementara telah dilanggar oleh manusia
yang berkuasa sesudahnya. Tetapi pada saatnya nanti cita-cita ini akan
menjelma lagi serta menjadi kenyataan,
sehingga akan berdiri nanti sebuah negara yang terdiri atas Timur dan
Barat, yang adil dan makmur. Kita sedang menunggu berdirinya negera itu, menunggu-nunggu kedatangan Iskandar Zulkarnain abad keduapuluh.
“beliau adalah raja yang agung,yang merendahkan keagungannya dibawah
naungan keagungan yang Esa..beliau adalah raja yang agung,yang
keagungannya anugrah dari yang maha agung..beliau adalah raja yang
bijaksana,yang kebijaksanaannya adalah amanah dari yang kuasa”