Posted by DKT Tokoh & Sejarah on Wednesday, October 8, 2014
Warren Edward Buffett lahir di Omaha, Nebraska,
Amerika Serikat, pada tanggal 30 Agustus 1930. Kemampuannya menciptakan
nilai tambah ini sudah kelihatan sejak kecil. Ketika berumur 11 tahun
misalnya, ia hanyalah seorang loper koran. Tapi ia memanfaatkan waktunya
juga untuk keliling lapangan golf, mencari bola golf yang hilang, dan
menjualnya dengan harga murah ke pemain golf di sekitar lapangan golf
tersebut. Pada umur 14 tahun, saat Buffet masih duduk di banku SMA, dia
memulai bekerja sehingga memiliki uang sebesar $ 1,200 untuk membeli 40
ha tanah pertanian yang akhirnya dia sewakan pada petani lokal. Dari
sini ia sudah menciptakan passive income dari sewa lahan. Perusahaan
yang dibelinya selalu diperbaiki sebaik mungkin, fundamental bisnisnya
ditingkatkan sehingga kinerja keuanganya mengkilat.
Perusahaan
yang tadinya mau bangkrut, di tangannya bisa berubah menjadi perusahaan
seksi yang menarik minat banyak investor lain. Tidak heran jika harga
saham Berkshire Hathaway — yang dipakai sebagai alat untuk membeli
banyak perusahaan — pun terus meroket di pasar modal. Harga saham
Berkshire Hathaway medio Juli 2007 – Januari 2008 misalnya, melejit
sebesar 35%. Bahkan Desember lalu, harga sahamnya menembus level
tertinggi sepanjang masa, menjadi US$ 150.000 per lembar. Citra pemain
saham biasanya tak jauh-jauh dari citra seorang spekulan: beli saat
harga rendah, jual saat harga tinggi. Buffett bukanlah Gergo Soros, sang
spekulan valas (forex) kelas kakap, yang sempat diisukan sebagai orang
yang bertanggungjawab terhadap merosotnya nilai rupiah terhadap US$ pada
awal keruntuhan presiden Soeharto, tahun 1998.
Buffet
sadar, permainan jangka pendek tidak menguntungkan. Hal ini ia pelajari
sejak umur 11 tahun — saat ia membeli saham pertamanya, Cities
Services, seharga $38,25 per lembar. Setelah itu, dia menjual kembali
saham tersebut seharga $40. Ternyata, harga saham yang dijualnya naik
terus dan beberapa tahun kemudian mencapai $200 per lembar. Dari
pelajaran itulah ia berkesimpulan untuk tidak erburu-buru untuk melepas
sahamnya.
Langkah bisnis Buffett akhirnya adalah tentang investasi
jangka panjang, pada saham-saham perusahaan yang produknya ia kenal
dengan baik. Itu sebabnya,ia tidak pernah mau membeli saham Microsoft
atau perusahaan dotcom. Meski ia pernah ditertawakan investor lain
karena keenganannya ini, kini ia justru tertawa paling akhir karena
sebagian besar investasi di dotcom hangus. Ia selamat dari badai dotcom
awal tahun 2.000-an karena sama sekali tidak ikut-ikutan investasi di
sana.
Investasi jangka panjang juga bermakna bisnis. Buffett tidak
pernah menerapkan prinsip beli saham, tapi membeli bisnis (buying a
business not share). Meski saham Coca-Cola sempat ambruk pada 1998-1999,
ia tetap bersandar pada tren jangka panjang. Ia pertahankan saham
Coca-Cola hingga kini.
Langkah-langkah
bisnisnya begitu mempesona dan cerdik sehingga ia selalu menjadi buruan
para jurnalis bisnis. Begitu banyak pula media yang sudah menuliskan
profilnya. Nyaris, setiap langkah Buffet adalah langkah investasi,
dengan membeli saham perusahaan. Langkah strategis awal Buffett dimulai
tatkala ia membeli saham perusahaan tekstil Berkshire Hathaway pada
1962. Ia berhasil menjadi pemegang saham terbesar tiga tahun kemudian.
Ia secara cerdik menginvestasikan uang nganggur perusahaan. Ia misalnya
membeli perusahaan asuransi, perusahaan permata, utilitas, dan makanan
melalui Berkshire. Lewat perusahaan ini pula ia menguasai beberapa
perusahaan kelas dunia seperti Coca Cola, WellsFargo dan Kraft Food.
Langkah terbarunya, Desember lalu ia mengakuisisi perusahaan manufaktur
dan jasa Momon Holding sebesar US$ 4,5 miliar.
Buffett
sesungguhnya sudah lama berjanji untuk menyumbangkan hartanya manakala
ia meninggal. Namun, Juni 2006 lalu, Buffett bertindak lebih cepat,
dengan mendermakan sebagian besar sahamnya di Berkshire. Total dermanya
saat itu mencapai US$ 31 miliar alias sekitar 300 triliun rupiah, hampir
separo anggaran belanja negara (APBN) kita tahun lalu! Tak mengherankan
jika amal itu tercatat sebagai donasi terbesar dalam sejarah Amerika.
Uniknya, sebagian derma itu diserahkan ke Bill and Melinda Gates Foundation. Dana tersebut merupakan dua kali dana yang biasa dikumpulkan yayasan Bill and Melinda Gates
selama ini. Dengan hartanya yang begitu melimpah, Buffett bisa saja
hidup semewah mungkin di mana saja yang ia maui. Namun ia memilih hidup
sederhana di rumah yang dibelinya empat dekade lalu di Omaha. Menurut
majalah Adbuster, ia hanya punya dua jet pribadi dan satu yacht mewah
untuk untuk ber-glamour-ria. Kalah jauh dibanding kemewahan para
pebisnis dan pesohor lain yang kekayaannya justru terpaut jauh di
bawahnya.
dominasi Bill Gates memudar juga. Setelah 13 tahun
berturut-turut bercokol sebagai orang terkaya di dunia versi majalah
Forbes, pendiri rakasasa peranti lunak Microsoft itu tergeser juga dari
tahtanya. Tahun ini, orang tertajir sejagad adalah Warren Buffett,
seorang pebisnis dan investor yang ketajamam pikirannya amat luar biasa
sehinga ia diibaratkan sebagai perpaduan antara fisikawan Einstein, seniman Picasso dan raja kaya raya pencipta koin emas Croesus, dalam satu tubuh. Gates
bisa saja tetap terkaya tahun ini jika saja ia tidak ingin mengakuisisi
Yahoo!. Langkahnya menawar Yahoo! awal Februari lalu diragukan pasar,
sehingga harga saham Microsoft terus anjlok. Bahkan sehari sebelum
Microsoft mengumumkan penawarannya ke Yahoo!, nilai sahamnya merosot
13%. Akibatnya, harta Gates yang sebagian besar masih tertumpu di Microsoft, pun ikut tergerogoti. Secara keseluruhan kekayaan Gates
hanya naik US$ 2 miliar tahun lalu menjadi US$ 58 miliar. Sedangkan
menurut Forbes, harta Buffett meroket US$ 10 miliar pada saat yang sama
menjadi US$ 62 miliar!.